"Hey, siapa lo?"
"ah.." akhirnya setelah 2 (dua) jam sudah aku duduk bersama laki-laki yang tidak memperkenalkan diri sama sekali, hanya duduk terdiam dan meneguk minumannya. Sebelum aku sempat menjawabnya, dia bertanya lagi.
"Apa yang mau lo lakuin kalau dikasih kesempatan oleh Tuhan apa pun itu?"
Laki-laki ini sudah mabuk, ingin rasanya aku menjawab sekenanya saja. Lagipula untuk apa meladeni secara serius orang mabuk, tapi sebelum aku menjawab pertanyaan ini, dia kembali memotong seakan pertanyaan itu ada dan dilontarkan untuk dirinya.
"Kalau gue sih mau bilang sayang untuk terakhir kalinya"
"Apa yang lebih sedih dari perpisahan? mengikhlaskan. Lebih sedih lagi? Masih sayang tapi ga bisa bilang"
Dia berhenti untuk meneguk minumannya, menghela nafas. Menahan getaran yang ada dalam tubuhnya, entah tidak kuat menahan perasaannya atau rasa ingin muntah.
"Kalau waktu setahun ga cukup buat ngelupain dia, gimana caranya ya? Cuma chat iseng aja bisa bawa lagi semua perasaannya."
"Bang, kata temen aku ya, perasaan itu tidak bisa dihilangin bang, diganti. Cari cewek baru"
Dalam pikiranku, aku tergelak, bisa-bisanya menasehati orang disaat sendirinya masih merasakan hal yang sama. Namun akhirnya setelah itu dia terdiam, entah memikirkan apa yang aku bilang atau sudah tidak kuat untuk berbicara. Setelah beberapa gelas berikutnya, aku kembali ke hotel, hingga saat aku berdiri dia masih terdiam, entahlah.
Hari ini, Jakarta terasa dingin, waktunya balik untuk perjalanan berikutnya.
"ah.." akhirnya setelah 2 (dua) jam sudah aku duduk bersama laki-laki yang tidak memperkenalkan diri sama sekali, hanya duduk terdiam dan meneguk minumannya. Sebelum aku sempat menjawabnya, dia bertanya lagi.
"Apa yang mau lo lakuin kalau dikasih kesempatan oleh Tuhan apa pun itu?"
Laki-laki ini sudah mabuk, ingin rasanya aku menjawab sekenanya saja. Lagipula untuk apa meladeni secara serius orang mabuk, tapi sebelum aku menjawab pertanyaan ini, dia kembali memotong seakan pertanyaan itu ada dan dilontarkan untuk dirinya.
"Kalau gue sih mau bilang sayang untuk terakhir kalinya"
"Apa yang lebih sedih dari perpisahan? mengikhlaskan. Lebih sedih lagi? Masih sayang tapi ga bisa bilang"
Dia berhenti untuk meneguk minumannya, menghela nafas. Menahan getaran yang ada dalam tubuhnya, entah tidak kuat menahan perasaannya atau rasa ingin muntah.
"Kalau waktu setahun ga cukup buat ngelupain dia, gimana caranya ya? Cuma chat iseng aja bisa bawa lagi semua perasaannya."
"Bang, kata temen aku ya, perasaan itu tidak bisa dihilangin bang, diganti. Cari cewek baru"
Dalam pikiranku, aku tergelak, bisa-bisanya menasehati orang disaat sendirinya masih merasakan hal yang sama. Namun akhirnya setelah itu dia terdiam, entah memikirkan apa yang aku bilang atau sudah tidak kuat untuk berbicara. Setelah beberapa gelas berikutnya, aku kembali ke hotel, hingga saat aku berdiri dia masih terdiam, entahlah.
Hari ini, Jakarta terasa dingin, waktunya balik untuk perjalanan berikutnya.
Komentar
Posting Komentar