Kalau dipikir-pikir, akhir-akhir ini aku banyak sekali memikirkan hal-hal yang diluar kendaliku. Terlalu banyak hal, saking banyaknya hal-nya aku juga bingung apa lagi yang belum kupikirkan, semua hal itu datang dan pergi, cukup memusingkan. Semuanya melancong, lalu lalang beramai-ramai hingga terasa sumpek.
Sekian banyaknya hal-hal ini, mungkin tentang perasaan yang paling umum untuk dibahas. Perasaan memang hal yang paling bisa dijadikan sesuatu yang menjual. Perihal perasaan yang aku pikirkan secara spesifiknya adalah perasaan yang pernah dan masih ada, lalang buana beberapa hari ini, rasanya ya nostalgia dan membuat rindu.
Tentang rindu rasanya tak lengkap tanpa perasaan takut dan penyesalan. Banyak sekali rasanya variabel yang bisa saling melengkapi saat ini. Rindu padanya, takut aku tidak dirindukan, takut karena itu adalah percakapan terakhir, takut untuk mengambil langkah, takut untuk menyikapi, dan takut untuk menyesali semua keputusan yang aku ambil.
Perasaan ini, semakin jauh berjalan tiap langkah yang diambil rasanya harus diperhitungkan sebaik mungkin dan tanpa celah. Permasalahannya adalah ilmu apa yang mengajarkan cara menghitung langkah terbaik untuk perasaan? Analisa apa yang harus digunakan? Strategi apa yang harus diterapkan? Variabel apa yang harus diperhitungkan? Aku bingung, aku bukan pakarnya. Bicara perasaan denganku hanya aku cinta dan aku mencoba berjuang, tidak ada perhitungan ini itu yang membuat pusing. Karena ini aku memiliki mimpi untuk menjadi cenayang, bisa melihat isi kepalamu yang memang susah ditebak
Aku rasanya takut bangun pagi di masa depan untuk mengetahui bahwa aku pergi adalah jalan yang salah. Penyesalan datang dibelakang dan tidak ada yang bisa dirubah, cukup diratapi hingga puas. Ntahlah, masa depan yang datang belum pasti pun sudah kurisaukan dari sekarang, bagaimana tidak muak?
"Mas, maaf mas, kita udah mau tutup", kata pemilik angkringan ini yang sudah terlihat mengantuk.
"ah, iya, udah jam 3 ya, ini uangnya", aku memberikan sejumlah uang sembari bangun dari dudukku, rasanya bokongku kram terlalu lama duduk.
Aku menyusuri jalan dengan motor bebekku. Jalanan rasanya dingin, tentunya karena aku lupa memakai jaket. Dingin ini menerpa mukaku, lantas aku berpikir bahwa ya rasanya cukup untuk terlalu banyak berpikir, masa depan yang datang biarlah datang yang jelas untuk masa ini aku cuma ingin 'kita' adalah aku dan kamu, bukan kamu dan dia, juga aku dan dia.
Subuh, jam 3 pagi. Masa depan silahkan siapkan masa-mu. Masa ini aku harap terlewatkan tanpa penyesalan yang menunggu. Waktunya berhenti berpikir dan tidur.
Tiba-tiba layarku terang, lalu ada pesan masuk. "Besok minum yuk!"
Komentar
Posting Komentar