Kemarin, tanggal 9 januari 2019 aku baru saja kemah di sebuah bukit daerah Songan, Kintamani, Bali. Kemah ini diselenggarakan dalam rangka pengisi waktu liburan dan penyegaran otak setelah melewati ujian akhir semeter. Tempat aku kemah ini berada di puncak bukit tersebut. Perjalanannya cukup memakan waktu dan melalui medan yang hanya bisa dilewati satu motor yang jalannya pun masih berupa tanah. Melewati panas dunia dan jalan yang kacau, semuanya terbayar setelah sampai di lokasi perkemahan yang menyuguhkan pemandangan yang apik. Tiga gunung beserta danau yang terlihat dengan jelas serta keberadaan kami yang berada di atas awan.
Melihat 3 (tiga) gunung itu berdiri kokoh di tempatnya, membuat pikiranku terus melayang dalam pendakian pada masa-masa SMA. Pendakian yang pernah aku lakukan hingga artikel ini dibuat hanya 2 (dua) kali perjalanan. Pendakian pertama adalah menaklukan Gunung Batur dan yang kedua adalah Gunung Agung. Setiap pendakian itu sekiranya yang aku ingat dilakukan dengan janji yang tiba-tiba dan nekat yang seadanya saja. Pendakian-pendakian ini pun tentu berhasil dengan puncak yang tercapai dan kembali dengan rasa-rasa lelah dan rindu untuk balik mengunjunginya.
Sejak kecil, gunung bagiku hanya sebuah objek untuk tugas pelajaran menggambar. Tidak pernah sekali pun terpikir untuk mengunjungi gunung-gunung ini. Semua terlihat melelahkan, dingin, berbahaya dan memang semua itu benar adanya. Namun disaat diriku terdampar di masa-masa SMA ini, dimana diri ini mengalami banyak perubahan di masa itu, akhirnya berhasil mengunjungi puncak-puncak itu.
Bagi orang-orang yang pertama kali mengunjunginya, pasti akan merasakan sebuah sensasi yang tidak diduga-duga setelah berhasil mencapai puncak. Puncak memanglah sebuah penghargaan untuk orang yang berani untuk terus melangkah, berjalan langkah demi langkah yang berteman dengan rasa capek yang terus berganda. Disaat cerita-cerita itu dibawa ke rumah, pasti akan ada rasa-rasa yang tertinggal di atas. Rasa-rasa itu yang akan terus membuat orang-orang ingin kembali naik. Rasanya ini terjadi untuk semua orang, mungkin tidak tapi yang jelas aku merasakan hal itu.
Gunung memang memiliki pesona yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Rasanya setiap orang yang pernah mencapai puncak dan melihat gunung, seakan-akan dipanggil lagi dan dipanggil oleh-nya. Gunung boleh dilalui oleh siapa saja, yang berfisik kuat lebih baik lagi tapi yang bermental kuat yang wajib dimiliki orang yang ingin naik.
Untuk gunung-gunung di luar sana, maaf masih belum bisa kembali. Semoga di tahun ini diberikan kesempatan untuk kembali kesana!
![]() | ||||
Rasanya sih Gn. Batur. |
Melihat 3 (tiga) gunung itu berdiri kokoh di tempatnya, membuat pikiranku terus melayang dalam pendakian pada masa-masa SMA. Pendakian yang pernah aku lakukan hingga artikel ini dibuat hanya 2 (dua) kali perjalanan. Pendakian pertama adalah menaklukan Gunung Batur dan yang kedua adalah Gunung Agung. Setiap pendakian itu sekiranya yang aku ingat dilakukan dengan janji yang tiba-tiba dan nekat yang seadanya saja. Pendakian-pendakian ini pun tentu berhasil dengan puncak yang tercapai dan kembali dengan rasa-rasa lelah dan rindu untuk balik mengunjunginya.
Sejak kecil, gunung bagiku hanya sebuah objek untuk tugas pelajaran menggambar. Tidak pernah sekali pun terpikir untuk mengunjungi gunung-gunung ini. Semua terlihat melelahkan, dingin, berbahaya dan memang semua itu benar adanya. Namun disaat diriku terdampar di masa-masa SMA ini, dimana diri ini mengalami banyak perubahan di masa itu, akhirnya berhasil mengunjungi puncak-puncak itu.
Bagi orang-orang yang pertama kali mengunjunginya, pasti akan merasakan sebuah sensasi yang tidak diduga-duga setelah berhasil mencapai puncak. Puncak memanglah sebuah penghargaan untuk orang yang berani untuk terus melangkah, berjalan langkah demi langkah yang berteman dengan rasa capek yang terus berganda. Disaat cerita-cerita itu dibawa ke rumah, pasti akan ada rasa-rasa yang tertinggal di atas. Rasa-rasa itu yang akan terus membuat orang-orang ingin kembali naik. Rasanya ini terjadi untuk semua orang, mungkin tidak tapi yang jelas aku merasakan hal itu.
Gunung memang memiliki pesona yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Rasanya setiap orang yang pernah mencapai puncak dan melihat gunung, seakan-akan dipanggil lagi dan dipanggil oleh-nya. Gunung boleh dilalui oleh siapa saja, yang berfisik kuat lebih baik lagi tapi yang bermental kuat yang wajib dimiliki orang yang ingin naik.
Untuk gunung-gunung di luar sana, maaf masih belum bisa kembali. Semoga di tahun ini diberikan kesempatan untuk kembali kesana!
Komentar
Posting Komentar